Arti Nama Kampung di Kelurahan Gowongan
Kelurahan Gowongan terletak di Kecamatan Jetis, berbatasan dengan Kelurahan Cokrodiningratan di sebelah utara, dan Kelurahan Sosromenduran Kecamatan Gedongtengen di sebelah selatan dan mempunyai luas wilayah 0.46 km2. Terdapat 3 kampung di Kelurahan Gowongan, yaitu kampung Penumping, Kampung Gowongan dan Kampung Jogoyudan. Berikut arti nama-nama kampung tersebut:
Kampung Penumping
Kampung Penumping menjadi kediaman abdi dalem Nayaka Panumping. Menurut arsip-arsip sebelum perjanjian Giyanti disebutkan abdi dalem Nayaka Panumping, Kyai Tumenggung Wiraguna yang berubah namanya menjadi Wiradigda. Sedangkan Nayaka Panekar, Kyai Tumenggung Kartanegara, bertanggung-jawab menyelesaikan berbagai macam pekerjaan yang diinginkan raja seperti pembangunan rumah atau pasanggrahan (kediaman peristirahaan), menyelesaikan benteng istana yang berfungsi mempersulit musuh dalam mengetahui medan perang. Kampung Penumping ada di sisi utara Kelurahan Gowongan
Kampung Gowongan
Kampung Gowongan pada zaman dahulu merupakan tempat tinggal abdi dalem gowong atau abdi dalem yang ahli dalam bidang perkayuan dan bangunan kayu. Abdi dalem Kraton Yogyakarta ini cukup mahir dalam membuat ornamen-ornamen atau tatahan kayu. Misalnya pada waktu itu kraton membangun atau merenovasi bangunan yang mengandung unsur-unsur kayu atau ukir-ukiran, maka abdi dalem gowong yang melaksanakan pekerjaan ini. Ada kurang lebih 10 (sepuluh) orang yang menguasai bidang ini, beberapa orang keturunan dari Jepara. Saat para abdi dalem gowong sedang tidak memiliki pekerjaan, mereka membuat perabot rumah tangga seperti meja dan kursi yang terbuat dari kayu kemudian dijual di depan rumah mereka.
Kampung Jogoyudan
Aslinya bernama kampung Gondolayu Kidul, karena daerah tersebut dahulunya adalah tanah makam etnis Tionghoa. Ini sejalan dengan kata Gondo dalam Gondolayu yang artinya kuburan atau makam. Pada zaman dahulu bantaran Kali Code menjadi tanah makam dikarenakan harganya murah. Seiring berjalannya waktu, dikarenakan mitos dari masyarakat yang percaya bahwasanya nama Gondolayu membawa aura negatif dimana terdapat kepercayaan bahwa saat terdapat seorang warga yang meninggal, maka seperti anak rantai warga yang lain ikut meninggal. Nama ini kemudian diubah menjadi Jogoyudan, yang diambil dari tokoh prajurit Jogoyudo. Prajurit Jogoyudo dipercaya masyarakat telah membawa keamanan di kampung. Dulu di sini ada kebon dalem yang oleh Sultan Hamengku Buwono VII dipergunakan untuk memelihara hewan. Juga ada kebonsari sebagai tempat berkebun dan tanaman bunga
Sumber : SERI KAMPUNG #2, Nama kampung berdasar nama bangsawan